Nestle Tambah Investasi di Indonesia Hingga Rp3,2 Triliun Bangun Pabrik Baru di Batang

PT Nestle Indonesia menambahkan suntikan dana investasi sebanyak US$220 juta atau senilai Rp3,2 Triliun untuk membangun pabrik baru di Kawasan Industri Batang.
Jakarta,-
Hallo Pabrikers, PT Nestle Indonesia menambahkan suntikan dana investasi sebanyak US$220 juta atau senilai Rp3,2 Triliun untuk membangun pabrik baru di Kawasan Industri Terpadu Batang, Provinsi Jawa Tengah. Nilai investasi tersebut juga digunakan untuk memperluas tiga kapasitas pabrik yang sudah ada.
"Pada 2021 kita baru saja melakukan top up investasi sebesar 220 juta USD untuk pembangunan pabrik baru kami di Batang, namanya pabrik Bandaraya, yang rencananya akan beroperasi tahun depan," kata Corporate Affairs Director Nestle Indonesia Sufintri Rahayu di Jakarta, Kamis (7/9).
Sufintri menerangkan, pabrik tersebut nantinya akan memproduksi produk ready to drink (RTD) atau minuman kemasan. Sebelumnya pada tahun 2019 Nestle Indonesia juga telah menambah investasi sebesar US$100 juta untuk peningkatan kapasitas di tiga pabrik, yaitu pabrik Karawang Jawa Barat, Bandar Lampung, dan pabrik Kejayan Jawa Timur.
Sufintri menuturkan, selama masa pandemi Covid-19 pabrik Nestle terus beroperasi 100% untuk memproduksi produk makanan dan minuman. Nestle Indonesia sendiri terus bermitra dengan 26 ribu peternak sapi perah di Indonesia untuk mendapatkan pasokan susu segar untuk produknya.
Dalam setahun, Nestle membeli susu segar dari para peternak di Jawa Timur senilai Us$120 juta. Nestle Indonesia juga bermitra dengan 20 ribu petani kopi di Lampung untuk memasok biji kopi yang akan diolah menjadi berbagai produk dengan nilai mencapai Us$80 juta dalam setahun.
Kapasitas Produksi
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengapresiasi inisiatif perluasan investasi PT Nestle Indonesia yang menambah kapasitas produksi MILO, melalui penambahan instalasi mesin proses Vacuum Band Dryer (VBD 2) senilai Rp368 miliar. Investasi ini sendiri dikucurkan seiring dengan meningkatnya volume permintaan pasar lokal.
Perusahaan asal Swiss itu juga berinvestasi dalam penggunaan boiler biomassa yang mengolah sekam padi untuk menghasilkan uap yang menggantikan LNG di Pabrik Nestle Karawang di Jawa Barat.
"Ini saya kira produk MILO di Indonesia sudah 100% diproduksi di dalam negeri. Ini yang paling penting," kata Luhut pertengahan Juni lalu.
Luhut pun berharap Nestle akan terus meningkatkan investasinya di Indonesia sehingga penyerapan produk susu dari peternak sapi di dalam negeri bisa terus bertumbuh.
Sementara itu, Presiden Direktur Nestle Indonesia Ganesan Ampalavanar menuturkan investasi melalui VBD 2 ini, diperkirakan dapat meningkatkan kapasitas produksi Nestle MILO sebanyak dua kali lipat produksi per tahun.
"Sehingga ke depannya, peningkatan kapasitas produksi diharapkan dapat mendorong Nestle Indonesia untuk menjadi pasar ekspor negara lain, sekaligus memberikan dampak positif jangka panjang bagi perekonomian Indonesia," tambah Ganesan.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki juga mengapresiasi perluasan kapasitas produksi Nestle Indonesia.
"Ini sejalan dengan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, di mana kita ingin memperkuat produksi dalam negeri," tuturnya.
Sementara itu, lanjutnya, investasi boiler biomassa merupakan wujud komitmen perusahaan untuk mendukung target net zero emission pada 2050. Melalui penggunaan boiler biomassa ini, Nestle Indonesia dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 6.068 ton CO2e per tahun.
Pemanfaatan biomassa juga dapat membantu penghematan biaya energi (energy cost saving) sebesar 14%. Bukan hanya itu saja, sisa pembakaran boiler biomassa akan dimanfaatkan menjadi pupuk organik dan akan diberikan kembali pada petani padi setempat. (*)
Source: validnews