Pelatihan Berbasis Kebutuhan Industri Bantu Entaskan Pengangguran

Hallo Pabriekers, makin banyaknya angka pengangguran di tanah air, utamanya di sekitar kawasan industri, menjadi perhatian khusus para praktisi HRD di Kabupaten Bekasi. Menurut Wakil Ketua FKHRD Indonesia, Ayu Wardhani, setiap tahun ada ribuan lulusan SMA/SMK di Kabupaten Bekasi yang memasuki pasar kerja, khususnya untuk posisi karyawan atau operator di perusahaan manufaktur.
Cikarang,-
Hallo Pabriekers, makin banyaknya angka pengangguran di tanah air, utamanya di sekitar kawasan industri, menjadi perhatian khusus para praktisi HRD di Kabupaten Bekasi. Menurut Wakil Ketua FKHRD Indonesia, Ayu Wardhani, setiap tahun ada ribuan lulusan SMA/SMK di Kabupaten Bekasi yang memasuki pasar kerja, khususnya untuk posisi karyawan atau operator di perusahaan manufaktur.
“Ada ribuan lulusan SMK yang berharap mendapat pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikannya. Namun, angka kelulusan tidak sebanding dengan penyerapan tenaga kerja di perusahaan,” ujar Ayu Wardhani di sela-sela event Dialog Interaktif di Grande Valore Hotel, Sabtu (13/9).
Ia menyampaikan, tidak hanya karena terus bertambahnya calon tenaga kerja, tetapi juga karena kebutuhan perusahaan terkadang tidak sesuai dengan keterampilan dan kemampuan para lulusan SMK. Link and match belum optimal dilakukan. Bahkan, pihak sekolah sering hanya memprioritaskan jurusan favorit jangka pendek. Akibatnya, jurusan tersebut hanya bertahan tiga tahun saja. Jika pola ini terus berlanjut, maka penyerapan tenaga kerja akan semakin sulit dilakukan.
“Sekolah harus memikirkan jangka panjang agar para lulusannya bisa terserap maksimal, dan jangan hanya bertumpu pada perusahaan brand besar. Masih ada ratusan perusahaan level menengah yang sebenarnya juga membutuhkan banyak tenaga kerja,” ujarnya.
Jika hanya berfokus pada perusahaan besar, para lulusan akan terjebak dan tidak melakukan pengembangan diri. Padahal, pelatihan yang sesuai kebutuhan banyak perusahaan sangat diperlukan.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah dengan pelaku industri untuk menjawab tantangan tersebut. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, para pencari kerja dituntut lebih cepat beradaptasi. Sayangnya, generasi sekarang, yakni Gen Z, dinilai menjadi generasi yang manja karena banyaknya fasilitas yang tersedia. Mereka lebih sering mengeluh daripada berjuang.
“Anak sekarang manja dan sangat pemilih dalam mencari pekerjaan. Mereka tidak mau susah di awal, padahal lapangan pekerjaan banyak,” tandasnya.
Peran sekolah, khususnya guru, juga diharapkan dalam mendidik siswa secara fundamental. Karakter yang baik sangat diperlukan untuk menyiapkan pekerja yang berkualitas.
Ia juga menyoroti banyak sekolah yang lebih suka melakukan studi banding ke negara maju seperti Jepang dan Singapura. Padahal, kondisi negara berbeda, begitu juga dengan kebutuhannya. Negara tujuan studi banding tidak bisa disamakan dengan kebutuhan dalam negeri.
“Jangan samakan negara kita dengan Jepang atau Singapura. Kita bisa berharap semaju mereka, namun untuk kebutuhan dan SDM yang ada, jelas berbeda,” pungkasnya.(ind)